Seorang guru dilarang mengajar seumur hidup karena CV palsu

By 3 Februari 2023 Uncategorized @id

fake cvPernah mendengar ungkapan “too good to be true”? Sebagai pemberi kerja, organisasi Anda perlu memiliki skeptisisme terhadap resume calon karyawan karena bisa jadi CV tersebut terlalu bagus untuk menjadi nyata.

Seperti yang terjadi pada kasus seorang guru palsu, Paul Elliott, yang telah berbohong di CV-nya selama lebih dari tiga dekade akhirnya dilarang mengajar seumur hidup.

Kasus ini bermula ketika sebuah sekolah terkemuka swasta di Yarm, Inggris, menugaskan seorang detektif swasta untuk menyelidiki CV yang terlihat “luar biasa” dari guru pelajaran agama mereka tersebut.

Mendeteksi kebohongan

Investigasi dilakukan dengan memverifikasi semua klaim yang ia buat di CV-nya, termasuk autentikasi dokumen kredensial yang diklaim.

Hasil investigasi menemukan adanya banyak klaim tidak jujur dan palsu yang ia buat, termasuk berbohong bahwa ia mempelajari kedokteran di Oxford, bermain rugby profesional untuk klub terkenal, pernah menjadi sarjana tamu di Cambridge, dan bekerja di sekolah bergengsi.

Satu-satunya dokumen yang terbukti keasliannya adalah sertifikat dari Farmington Institute, sebuah perguruan tinggi konstituen dari Universitas Oxford. Namun, dokumen itu sendiri tidak diberikan oleh Oxford.

Mendapati daftar panjang temuan mengejutkan, sekolah kemudian membawa kasus ini kepada Badan Regulasi Pengajaran (Teaching Regulation Agency/TRA).

Selain merugikan secara finansial, penipuan tersebut dapat merusak reputasi sekolah dan menurunkan mutu lulusannya. Secara umum, penipuan ini sangat berpotensi merusak kepercayaan publik terhadap profesi ini.

Verifikasi klaim

Yang dapat kita pelajari dari kasus tersebut adalah bahwa CV merupakan klaim sepihak yang perlu dipastikan kebenarannya. Untuk melakukannya, organisasi perlu melakukan pemeriksaan latar belakang terhadap kandidat yang mencakup verifikasi dokumen pendidikan.

Apabila dokumen palsu terdeteksi, maka yang dirugikan secara reputasi bukan hanya organisasi sebagai pemberi kerja, tetapi juga institusi yang namanya dicatut pada dokumen tersebut.

Oleh karena itu, selain menjalankan fungsinya dengan jujur, institusi pendidikan juga perlu berusaha lebih keras untuk membuktikan integritas mereka demi menjaga reputasi dengan melakukan verifikasi terhadap ijazah alumninya.

Dalam praktiknya, verifikasi dokumen melalui telepon, email, dan faks seringkali tidak efisien. Platform verifikasi satu pintu adalah jawaban untuk masalah ini. Melalui platform verifikasi seperti www.education-verification.com, proses verifikasi dokumen akan lebih efisien dari segi waktu dan sumber daya.

Di platform ini, nama verifikator dicatat dalam sistem, yang menjaga akuntabilitas dalam proses verifikasi. Selain itu, verifikasi dilakukan dalam proses dua langkah: verifikasi oleh staf akademik dan konfirmasi oleh supervisor, yang mendorong proses check-and-balance. Semua hasil dapat dipertanggungjawabkan dan dijamin akurat.

 

Image by Drazen Zigic on Freepik

Leave a Reply

Site Login




Lost your password?